Banjaran Sucitro

RADEN SUCITRO



    Sucitro adalah anak Prabu Druporo raja Negara Duhyo Puro. Semasa masih timur (kecil), negaranya di gempur pasukan dari Negara Sewandono Puro pimpinan Prabu Bahliko. Sehingga negaranya hancur (Bedah), Orang tuanya gugur. Kemudian ia diselamatkan oleh Prabu Barat Wojo ratu Ngatas Angin. 

     Menginjak usia remaja Sucitro berguru kepada pandito ngulandoro yang bernama Resi Romo Bargowo. Ia mempunyai saudara tunggal guru yaitu Raden Dewo Broto dan Kumboyono. 

     Ia mendapat anugrah dari gurunya tentang ilmu ketata negaraan karena ia sendiri yang mempunyai cita cita menjadi Raja, sedangkan saudara seperguruanya yaitu Dewobroto di anugrahi bisa menentukan jalan kematiannya sendiri, dan Kumboyono dianugrahi Menjadi Satriya yang digdaya. Sucitro juga dibekali pusaka panah Kyai Narocobolo, Gandewo Wojo dan Kyai Bargowastro. 

     Setelah ia berguru kepada Resi Romo Bargowo, kemudian ia mengabdi sekaligus berguru kepada Prabu Pandu Dewoyono di Ngastino. 

     Kemudian ia juga mengikuti sayembara atas tahta Negara Cempolo Rejo/Pancolo sekaligus memboyong Dewi Gondowati putri Prabu Gondo Bayu. Aryo Gondo Mono sebagai Agul Agul Pancolo berhasil ia kalahkan atas bantuan Prabu Pandu Dewoyono, dengan meminjamkan Sumping/Penghias telinganya sang Prabu.

    Ia kemudian menikahi Dewi Gondowati, dan naik tahta menggantikan mertuanya yaitu Prabu Gondo Bayu. Setelah menjadi Raja Cempolo Rejo ia berjuluk Prabu Drupodo dengan di dampingi Patih Dresto Ketu sang pengganti Patih Joyo Rono ia mengatur roda pemerintahanya dengan baik. Dengan pernikahanya dengan Dewi Gondowati ia dikaruniai 3 anak (atmojo) yang bernama, Dewi Drupadi, Dewi Woro Srikandi, dan Aryo Dresto Jumeno. 

    Dalam perang Barotoyudo Joyobinangun ia ditunjuk sebagai Senopati Pandowo (Madek suraning driyo) menandingi Senopati Kurowo yaitu Begawan Durno yang masih sepupunya sendiri. Dalam adu kasekten itu keduanya nampak seimbang. Prabu Drupodo melepaskan Panah Kyai Nerocobolo yang kemudian berhasil ditangkis oleh Begawan Durno. Sang Begawan Durno kemudian juga melepaskan panah Kyai Simbar Manyuro ke Ngantarikso sehingga Tegal Kurusetro menjadi hujan jemparing (panah). Ia gugur setelah dadanya terkena panah Kyai. Simbar Manyuro milik Begawan Durno. 




                        TANCEP KAYON




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjaran Werkudoro